jejakhadist.com
jejakhadist.com

4 Perkara Yang Bukan Riya Tapi Sering Dianggap Riya.

Imam Ibnu Muflih berkata: “Tidak boleh meninggalkan ibadah karena alasan riya”.

Sebagian umat muslim sering salah memahami maksud dari riya, sehingga banyak orang meninggalkan ibadah dengan alasan agar selamat dari sifat riya.

Ada empat perkara yang sering dianggap riya padahal ia bukan riya:

Apabila ibadah yang dilakukan direspon oleh orang lain.

Mendapat pujian dan merasa senang atas pujian dari ibadah yang diperbuat bukanlah termasuk riya, dan tidak mempengaruhi kesempurnaan pahala ibadahnya, karena ia adalah salah satu bentuk kenikmatan yang Allah segerakan di dunia sebelum dia akhirat.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ، وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ؟ قَالَ: «تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ»

Dalam hadist shahih, dari Abu Dzar Radhiallahu’anhu berkata, seseorang datang menghadap Rasulullah untuk bertanya; Ya Rasulullah! Aku mendapatkan pujian dari manusia atas ibadah yang aku kerjakan, dan aku senang dengan pujian tersebut, bagaimana status ibadahku? Rasulullah bersabda, “Hal itu merupakan kabar gembira seorang mukmin yang disegerakan.” [HR.Muslim: 2642]

Perasaan senang bila ibadah yang dilakukannya diketahui oleh orang lain.

Bukanlah termasuk perkara riya apabila ibadah yang dilakukan selama hidupnya diketahui oleh orang; dan kesenangan yang didapati dari keta’atan adalah bukti keimanan seseorang.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ يَعْمَلُ العَمَلَ فَيُسِرُّهُ فَإِذَا اطُّلِعَ عَلَيْهِ أَعْجَبَهُ ذَلِكَ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَهُ أَجْرَانِ، أَجْرُ السِّرِّ وَأَجْرُ العَلَانِيَةِ»

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah; Ya Rasulullah! Bagaimana jika seseorang menyembunyikan ketaatanya, kemudian Allah tampakkan ibadahku ini dihadapan orang lain, dan aku senang dengan hal tersebut. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam menjawab: “engkau mendapatka dua pahala: Pahala ibadah yang engkau sembunyikan dan pahala ibadah yang terlihat”. [HR.Tirmidzi: 2384]

Menampakkan ibadah untuk memotivasi orang banyak.

Tidaklah termasuk perkara riya jika seseorang menampakkan ibadahnya di depan orang, sebagai pembelajaran dan motivasi orang lain dalam ibadah. Karena ini termasuk dalam perkara mengajak orang lain dalam berbuat baik. Maka tidak masalah seorang guru menceritakan kebaikannya di depan murid-muridnya sebagai motivasi buat mereka. Begitu juga boleh bagi seorang ayah menampakkan ibadahnya di depan anaknya, agar mereka dapat mempraktekkan.

Hal ini sebagaimana Rasulullah pernah menampakkan ibadahnya di depan para sahabat-sahabatnya. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا صَنَعْت هَذَا لِتَأْتَمّوا بِي وَلِتَعْلَمُوا صَلَاتِي

“sesungguhnya Aku melakukan ini agar kalian dapat mengikutiku, dan bisa mempelajari bagaimana aku shalat”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Mengambil upah dari ibadah yang dikerjakan.

Bukanlah termasuk riya jika seseorang mengambil upah dari pekerjaan yang  berhubungan dengan ibadah seperti; Imam shalat, khatib, ataupun muazzin. Maka mengambil pemberian semacam ini tidak merusak ibadah, selama motivasi ibadahnya karena Alla Ta’ala.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim: Suatu hari Umar Bin Khatab pernah melakukakan sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan maslahat kaum muslimin, kemudian Rasulullah mendatangi dan memberikan upah kepada Umar. Kemudian Umar menolak dan berkata: lebih baik engkau berikan kepada orang yang lebih membutuhkan dari aku.

kemudian Rasulullah bersabda:

فقال له النبي ﷺ: خذه، وتموله، أو تصدق به، وما جاءك من هذا المال وأنت غير مشرف، ولا سائل؛ فخذه، وما لا فلا تتبعه نفسك.

Ambillah wahai Umar, harta ini boleh kamu gunakan untuk keperluan keluargamu, atau sedekahlah jika kamu mau. Semua pemberian yang datang, tanpa kamu minta dan harapkan maka ambillh, namun jika tidak (diberi), maka tidak perlu kau turutkan hawa nafsumu terhadap (harta) tersebut.  (HR. Bukhari dan Muslim).

Wallahu A’lam Bis-Shawab.

 

SOSIAL MEDIA
Post terbaru